n
Museum Tsunami Aceh: Film 4 Dimensi Favorit Pengunjung
BANDA ACEH. Minggu sore (08/05/2011), tampak antrian warga untuk memasuki gedung Museum Tsunami Aceh yang berlokasi di Jalan Iskandar Muda, seberang Lapangan Blang Padang, Banda Aceh, tak kalah dengan keramaian pengunjung Aceh Fair yang tengah berlangsung di Lapangan Blang Padang.
Museum ini baru saja dibuka untuk umum oleh Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam, Irwandi Yusuf, dan tak lama usai dibuka warga Banda Aceh yang mayoritas pelajar berbondong-bondong memasuki museum yang diresmikan pada 23 Februari 2009 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tersebut.
Mengadopsi konsep Disaster Reduction and Human Renovation Centre di Kobe yang didirikan untuk mengenang Gempa Kobe 1995, Museum Tsunami Aceh menyajikan pengetahuan dan kenangan seputar gempa Aceh 2004 dengan cukup apik. Diorama, simulasi dan pengetahuan seputar gempa dan tsunami dibuat dengan teknologi modern dan dilengkapi dengan efek audio visual yang membuat pengunjung tak bosan menikmati ruang demi ruang mengelilingi museum.
Namun, antrian sore itu terlihat menumpuk di pintu masuk ruang audio visual 4 dimensi. Pengunjung rela mengantri lama untuk bisa memasuki ruangan berbentuk setengah lingkaran yang memuat 24 orang pengunjung tempat ditayangkannya film 4 dimensi berdurasi 12 menit. Ruang itu mirip wahana Simulator di Dunia Fantasi Ancol, dengan layar penuh di depan pengunjung yang duduk di kursi bersabuk pengaman yang dirancang khusus memberikan efek goncangan.
Setelah lampu dipadamkan, pengunjung yang menggunakan kacamata 4 dimensi dibawa mengelilingi gedung-gedung pencakar langit, berjalan di taman kota, bekerja di perkantoran dan menyelam di lautan bersama ikan warna-warni diantara batuan karang. Namun, tiba-tiba terjadi gempa dahsyat, tanah bergoyang, jalan-jalan retak, gedung-gedung dan jembatan ambruk, mobil-mobil bertabrakan, bunyi sirene meraung-raung membuat warga panik menyelamatkan diri. Dalam sekejap, di laut air mulai surut dan kembali bersama ombak tinggi yang menggulung apa saja yang dilewatinya. Kota pun porak-poranda, dan pengunjung dibawa seolah sedang berada di sana.
Ketika layar menampilkan adegan gempa, badan pengunjung ikut bergoyang seolah gempa benar-benar terjadi. Saat ombak datang, air ikut memercik ke arah pengunjung. Begitu juga ketika layar menampilkan gedung terbakar, kepulan asap dan aroma benda terbakar menyergap memenuhi ruangan.
“Keren, luar biasa, getarannya mantap,” demikian komentar Rahardian (12 tahun), salah seorang pelajar di Banda Aceh yang rela mengantri lagi untuk dapat menyaksikan kembali wahana 4 dimensi ini. Tak hanya Rahardian, beberapa pelajar juga rela mengantri lagi untuk mengulang “sensasi” tsunami di Museum Tsunami Aceh sore itu. (KO)
(ADMINISTRATOR)
Langganan:
Postingan (Atom)